Jumat, 01 Juni 2012

Kita Harus Bangga Terhadap TNI akan tetapi Jangan Melupakan kepada yang membesarkannya, kepada gurunya, kepada suhunya dan kepada Induknya..

Kita Harus Bangga Terhadap TNI akan tetapi Jangan Melupakan kepada yang membesarkannya, kepada gurunya, kepada suhunya dan kepada Induknya..
 
DIRGAHAYU TNI YANG KE 67 – 05 OKTOBER 2012
 
clip_image001
clip_image002
DR. Dows Decker mengatakan “Jika tidak karena sikap dan semangat perjuangan para ulama, sudah lama patriotisme dikalangan bangsa kita mengalami kemusnahan” (Buku Api Sejarah, Prof. DR. Ahmad Mansur Suyanegara, dikutif dua kali hal. 380 dan 557).
 

Sekilas Sejarah Syaikhuna Badruzzaman

clip_image004
Foto Asli Syaikhuna Badruzzaman

A. Ringkasan Sejarah Syaikhuna Badruzzaman
(Ringkasan ini diambil dari intisari film dokumenter hasil rekaman dari para narasumber yang terbagi menjadi 8 episode : 1. Pembukaan, 2. Jaman Belanda, 3. Jaman Jepang , 4. Jaman Belanda II, 5. Jaman DITII, 6. Jaman PKI, 7. Jaman Perjuangan, 8. Peta Perjuangan)

Cahaya keunggulan ilmu Syaikhuna Badruzzaman sudah terlihat sejak usia muda baik di Indonesia maupun Internasional beliau yang sering diundang untuk mengakhiri menuntaskan masalah hukum agama yang sangat sulit setelah dirembuk oleh para ulama besar lainnya yang tidak kunjung tuntas, tidak hanya bergelut dengan teori keilmuan belaka beliaupun mempraktekan ilmunya untuk merintis dan menyusun kekuatan lahir dan batin untuk mengusir para penjajah di bumi Indonesia sehingga beliau berhasil mengusir penjajah dengan baik walau tidak ada sejarahnya bambu runcing melawan senjata canggih, atas karya nyatanya yang sangat luar biasa-lah beliau di tunjuk para negarawan untuk melantik, menyumpah atau mengukuhkan presiden pertama NKRI (1950) di Istana Merdeka. 

Masa perjuangan SBZ dengan penjajah menghabiskan waktu yang tidak sebentar, beliau dicurigai, diintai, difitnah bahkan dikejar oleh pemerintahan Belanda dari sejak usia muda (1911-1950M) walaupun bukan sebagai aktifis partai politik, sehingga beliau bergrilya sambil tetap menyebarkan agama islam didaerah pengungsian seperti Majenang – Jawa Tengah, Taraju – Tasik Malaya dll, dengan sebab situasi seperti itulah beliau menginginkan kemerdekaan yang tujuan utamanya adalah tiada lain kecuali agar supaya umat islam bisa beribadah dengan tenang. 

Indones-Indones merdeka-merdeka tanah-ku negriku yang ku cinta 2x
Indones-Indones mulia-mulia hiduplah Islam Indonesia.[1]
(Lagu kebangsaan yang dikumandangkan orang Biru tahun 1914 dijaman HOS Cokroaminoto)

Seandainya pada jaman penjajahan (1942-1945M) Jepang diceritakan kepada generasi muda tidak-lah mereka akan percaya, dimasa itu rakyat Indonesia seolah-olah ditelanjang, kelaparan dimana-mana, makanan susah didapat, celana karet, baju karung dan kadut, perut busung, raga tinggal tulang, bantal-kasur sampah dan rumput, begitulah yang bisa digambarkan oleh saksi hidup dijaman Jepang, sehingga SBZ menyindir kepada muridnya “Mana rasa syukurmu terhadap tuhan yang telah memberikan kemerdekaan ?, dijaman Jepang kita ditelanjang sekarang pakaian asal kepakai !, mau seperti apa kelakuan-mu ?“
Perjuangan Bangsa Indonesia belum cukup hanya dengan memproklamirkan kemerdekaanya saja (1945M) akan tetapi masih adalagi tantangan yang harus dihadapi yaitu penjajah Belanda yang belum puas atas kemerdekaan Indonesia, sehingga para pejuang harus bersikeras dan bekerja lebih keras lagi untuk mempertahankan kemerdekaan-nya sehingga tidak terelakan bayarannya adalah cucuran darah, keringat dan air mata yang tidak sedikit hampir-hampir perjuanganya kandas diujung tanduk dan diserahkan kembali kepada penjajah atas ketidak berdayaan bangsa ini pada saat itu. 

Dalam situasi seperti ini beliau SBZ ikut ambil bagian dengan mengerahkan besar-besaran segala kekuatan lahir dan batin, pikiran dan perasaan, ilmu lahir dan goib, materil dan spiritual, tidak hanya berjuang sendirian beliaupun ikut menggembleng, memotivasi, menguatkan, menjamin keselamatan dan keaman, bahkan berani membiayai dengan harta dan kekayaanya untuk ongkos kebutuhan akomodasi, transportasi dan logistik bagi para pejuang secara terus-menerus sehingga terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1950 NKRI. 

Dalam kondisi serba keterpurukan dan ketidak-berdayaan saat itu para perintis kemerdekaan bersikukuh tetap ingin merdeka kendatipun secara hitung-hitungan dan kenyataanya tidak masuk akal bisa melawan tentara Belanda yang kuat persenjataanya dilawan dengan bambu-runcing, sehingga terbentuklah gagasan politik permainan perang saudara antara tentara islam (DITII) dan tentara nasional (TNI) dengan kontrak kerja 15 tahun (1947-1962M) dengan tujuan utamanya adalah agar Indonesia tidak diambil alih kembali oleh asing baik Belanda, sekutu atau lainnya. 

Pada permulaanya SBZ dan prajuritnya menggabungkan diri dengan DITII pimpinan Kartosuwiryo di gunung, akan tetapi lama-kelamaan prajurit Kartosuwiryo memperlihatkan gejala yang tidak beres ditambah dengan disusupinya anggota PKI dari Madiun (1948M), rumah dibakar, harta rakyat dirampok, orang yang solat di tembak, ulama di sembelih dan terjadilah kekacauan di masyarakat, sehingga SBZ marah dan tidak setuju kepada tindakan Kartosuwiryo dan menarik diri dari gunung dan prajuritnya-pun disuruh untuk ikut hijrah ke Jogya bersama TNI. Dari sinilah SBZ diancam oleh DITII, PKI, TNI dan Belanda yang kemudian hijrah ke Arab Saudi untuk menghindari fitnah dan ancaman dari gerombolan DITII serta PKI dimana SBZ yang suka membunuh padahal jauh dari sangkaan itu. 

Keberadaan ideologi atau faham aliran PKI di Indonesia selalu berujung pada pertumpahan darah dengan cara yang keji, kejam dan tidak mempunyai rasa kemanusiaan yang sasarannya untuk menghabisi para agamawan dan simpatisannya terlebih dari kalangan agama islam, perjuangan PKI dimulai dari pemberontakan PKI Madiun, DITII-PKI dan berujung dengan gerakan G30SPKI, sehingga tidaklah pantas memberikan peluang kembali atas munculnya ideologi tersebut mengingat mayoritas agama bangsa Indonesia 90 persen menganut kepercayaan agama Islam dan tindakannya tidak berprikemanusiaan. 

Peran SBZ dalam menumpas PKI adalah beliau mengirimkan prajurit Hizbullohnya ke Madiun bersama TNI Siliwangi untuk mengamankan pemberontakan PKI di Madiun 1948M, tidak cukup sampai disitu beliau-pun ikut menggagalkan terbongkarnya G30SPKI (1965M) walaupun kondisi saat itu PKI sudah menguasai partai-partai politik, organisasi-organisasi termasuk petani dan buruh pabrik di seluruh Indonesia. Jauh-jauh sebelum terjadi G30SPKI beliau sudah mengetahuinya dan segera menyebarkan do’a kepada muridnya, mempraktikan ilmu kewalianya untuk menghindari banjir darah di kalangan rakyat yang tidak berdosa sehingga gagal-lah kudeta PKI. Atas terbongkarnya G30SPKI ini maka yang diuntungkan adalah kolonel Soeharto bukan berarti beliau sebagai pelaku utamanya. 

Banyak para sejarawan dan TNI yang meragukan dan tidak mempercayai atas perjuangan para ulama, mana bukti senjatanya kalau memang sebagai pejuang, siapa saksinya, dengan senjata apa berjuangnya, padahal tidak bisa dipungkiri bahwa kita bangsa Indonesia berjuang ingin merdeka hanya bermodalkan tenaga dalam yang dibumbui dengan bambu-runcing, keris, ketepel, bebedogan tidak lebih dan tidak kurang itulah jati diri sejarah kemerdekaan Indonesia yang asli, kita akui saat itu tak satupun kita punya pesawat tempur, tank baja, panser, brand, stand, kanon. Tidak masuk di akal sehat bambu-runcing bisa mengalahkan pesawat tempur ataupun brand kecuali dengan dicampur dengan tenaga goib, dan ulama-lah yang mengisinya termasuk SBZ yang prajuritnya mampu mengungguli prajurit lainya yang membawa senjata dan itu nyata adanya sehingga akhirnya menjadi TNI yang gagah dan mempunyai senjata seperti hari ini.
 
Peta perjalanan perjuangan SBZ cukup panjang tidak hanya di lokal Garut, beliau menghindar dan bergrilya kelebih 20 lokasi, Garut, Tasikmalaya, Majenang, Bandung, Padalarang, Jakarta, Sumatra sampai ke Saudi Arabia dengan musuh utamanya Belanda, DITII dan TNI-PKI. 

B. Riwayat pendidikan, keagamaan dan perjuangan Syaikhuna Badruzzaman
1. Riwayat Pendidikan :
a. Tidak pernah mengalami sekolah pendidikan formal (pendidikan dasar, menengah, atas dan tinggi)
b. Guru-Guru Pendidikan Agama di Jawa Barat (K. Raden Qurtubi-Garut, K. Sobandi-Tasik dll) [2]
c. Guru di Jawa Timur (K. Hasyim – Pesantren Tebuireng-Jombang) [3]
d. Guru di Arab-Saudi (Syeikh Moh. Said, Syeikh Umar Badjunaed dll) [4]
2. Riwayat Keagamaan :
  1. Sehari-hari mengajar santri di Pondok Pesantren Al-Falah Biru [5]
  2. Tokoh Torekat Tijani Jawa Barat dari tahun 1935 [6]
  3. Sering memimpin permusyawaratan para alim ulama di Kab. Garut [7]
  4. Mempunyai banyak murid dari kalangan ulama dan umum di daerah Jawa Barat [8]
3. Riwayat Perjuangan Agama dan Bangsa serta Serta Kepedulian Sosial:
  1. Pada Jaman Penjajahan Belanda pernah ditahan karena dicurigai atas pesatnya perkembangan pengikut Tarekat Tijani (1935). [9]
  2. Pimpinan Hizbulloh dan Sabilillah untuk mengusir penjajah Jepang-Belanda (1942-1948) dengan mempunyai pasukan 300 orang yang dikirim ke Bandung dan Hijrah ke Jogya-Jawa Tengah dll, yang menjadi syahid/korban 1 orang dan lainnya semua selamat dan menang. [10]
  3. Menyediakan area lapangan untuk pelatihan perang para pejuang di ladang sawahnya untuk persiapan melawan Jepang dan Belanda.[11]
  4. Melantik dan menyumpah Presiden RI Pertama (Ir. Soekarno) tahun 1950. [12]
  5. Memberikan biaya perjuangan kepada para pejuang dengan harta bendanya.[13]
  6. Peduli kepada masyarakat yang kelaparan dijaman Jepang dengan menjual tanahnya untuk membeli makanan gaplek.[14]
  7. Anggota Pimpinan Syariah Nahdlatul Ulama (Partai NU) Cabang Garut. [15]
  8. Tokoh dan Alim Ulama yang berperan dalam pembentukan Majelis Ulama (MU) pada Konferensi Lembang sebagai Wakil Ketua Kehormatan II  pada tanggal 22 Agustus 1958 (arsip MUI Jabar). [16]
  9. Mendirikan Organisasi Al-Muwafaqoh sebagai wadah penyalur aspirasi umat Islam untuk mengusir penjajah Belanda (arsip MUI Jabar). [17]
  10. Bersama KH. Ahmad Sanusi (Sukabumi) mendirikan Persatuan Ulama tahun 1931 (Al-Ittihadiyatul Islamiyah (AII)), untuk mengikat Ulama dalam satu wadah (arsip MUI Jabar). [18]
  11. Anggota Majlis Syura di Partai Masyumi dan kemudian aktif di PSII sebagai Ketua Masywi (Majelis Syar'i wal Ibadat) wilayah Jawa Barat (arsip MUI Jabar). [19]
  12. Tahun 1967 M masuk Partai PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) duduk sebagai Majlis Tahkim (arsip MUI Jabar) dan dari sumber lain beliau sebagai pelopor/pendiri partai ini. [20]
  13. Sering berhubungan dengan Muhamad Natsir (Pahlawan Naasional), KH. Isa Ansori (Pahlawan Nasional) sebagai murid beliau. [21]
  14. Sering dikabarkan oleh keluarganya menghadiri konfrensi-konfrensi kenegaraan seperti Jogya dll. [22]
clip_image006
Bapak Ahmad (kiri) berusia 115 tahun pada Juli 2005, saksi mata masa Mama Eyang Roie (Ama Biru) dan Masa Perjuangan Hizbulloh Garut, Bapak KH. R. Muhammad (Kanan) saksi mata Syaikhuna Badruzzaman ketika di Jakarta Bukit Duri yang sering didatangi Muhammad Natsir untuk mengaji kepada SBZ dan ketika SBZ diundang oleh Pak Sukarno yang dijemput Oleh M. Natsir pukul 7 pagi ke istana Merdeka untuk meminta SBZ sebagai Hakim Agung Indonesia pertama, SBZ pada waktu itu memakai baju dan celana putih tidak sepeti biasanya memakai sarung.pada keseharianya.
clip_image008
clip_image010
Tujuh pokok riwayat hidup SBZ yang ditulis sendiri ditujukan kepada mentri Agama RI dan Prof. DR. H. Abu Bakar Atjeh tahun 1963, disurat itu bahwa beliau pernah ditahan Belanda dan dijaman revolusi beliau memimpin Hizbulloh dan Sabilillah.

[1] . Sejarah Islam yang ditulis KH Aceng Imam Abdussalam Bandung, dengan tulisan arab pegon
[2] Berkas Arsip dari KH Sidiq Bogor tentang surat SBZ mengenai : Surat Permohonan Penghapusan dan Ralat Nama KH Badruzzaman Pada Majalah Penuntun kepada Mentri Agama RI tahun 1963 dan Prof. Abu Bakar Aceh, karena isinya fitnahan ajaran SBZ dianggap gerakan kebatinan dan tidak berazas, namanya Tijan bukan Torekat Tijani. Dalam surat itu SBZ menjelaskan ajaranya dan bersedia untuk dites dan diperiksa oleh Tokoh dan Ulama Besar seluruh Indonesia. Dan diceritakan pula riwayat singkat SBZ mulai belajar mengaji dari orang tuanya sampai ke arab saudi, riwayat kepartaian islam dan riwayat jaman revolusi sebagai pimpinan Hizbulloh/Sabilillah, tembusan dilampirkan kepada lebih dari 20 kantor resmi di Indonesia.
[3] Sumber sama dengan diatas.
[4] Sama
[5] Sama
[6] Sama
[7] Sama
[8] Sama
[9] Sama
[10] Cerita lisan Bapak Ahmad.
[11] Cerita lisan dikabarkan oleh Bapak Ahmad, Ibu. Hj Aisyah adik kandung, Bapak Iri, Bapak AIPDA Didi Kusnadi dll. “Sawah kersa yang 300 tumbak dipakai untuk latihan perang terus dikeringkan, dibuat lobang-lobang untuk kholwat.., Dulu itu kan sawah Ajengan Badruzzaman di pakai latihan perang, dilatihnya oleh Tentara Jepang Abubakar, ditugas oleh Syaikhuna..”
[12] Informasi dari Bapak Kosasih dari Yayasan Pejuang 45, KH Mamad murid SBZ bahwa disumpahnya Presiden Sukarno dengan Al-Quran, tambahan dari KH Mamad bahwa SBZ melantiknya dengan Syeikh Ustman Dhomiri (berdampingan)
[13] Cerita lisan dari Bapak AIPDA Didi Kusnadi bahwa ayahnya Bapak E. Adisastra sebagai lurah ditahun 48 diberi kendaraan delman untuk mengurus masyarakat.
Cerita lisan dari Ibu Hj Karomah bahwa Ibu Halimah istri SBZ mengabarkan waktu jaman perjuangan mertua SBZ sering memberi tanah atau uang dan kemudian oleh SBZ langsung digunakan untuk biaya perjuangan, dan kalau harta beliau dulu tidak dipakai berjuang sudah tentu banyak kekayaanya.
Cerita lisan dari Bapak Kosasih dari Yayasan Pejuang 45, bahwa SBZ berjuang tidak seperti KH Yusuf Tauziri, akan tetapi beliau sebagai pemasok logidtik pula, pakaian pun geblogan. Dll.
[14] Ditulis dalam Buku Intelektualisme di Jaman Era Keemasan Pesantren, disitu disebutkan SBZ adalah sosok yang tidak tegaan sehingga rela menjual sebagaian tanahnya untuk ditukarkan dengan gaplek untuk masyarakat sekitar yang kelaparan dijaman Jepang.
[15] Sumber sama dengan surat kepada KH Sidiq
[16] Sumber dari website MUI Jabar, tentang naskah Sejarah MUI Jabar, SBZ sebagai Ketau Kehormatan II.
[17] Sumber sama dari website MUI Jabar dan diperkuat oleh informasi dari Bpak Zaki Yamani Bogor putra KH Sidiq rekan SBZ.
[18] Informasi dari Website MUI Jabar diperkuat cerita lisan dari Bapak Zaki.
[19] Informasi dari Website MUI Jabar
[20] Informasi dari Website MUI Jabar dan dari Drs KH Asep Samarang – Garut.
[21] Informasi dari para murid dan anak saudara SBZ, Ibu Hj Aisyah adik, KH Mamad keponakan dll
[22] Cerita Lisan dari Ibu Hj Aisyah, dari Ibu Hj Neneng istri yang bertempat tinggal di Bukit Duri Jakarta.






















































Tidak ada komentar: